Pertama, seorang santri hendaknya membersihkan hatinya dari
segala hal yang dapat mengotorinya seperti dendam, dengki, keyakinan
yang sesat dan perangai yang buruk.
Hal itu dimaksudkan agar hati mudah untuk mendapatkan ilmu,
menghafalkannya, mengetahui permasalahan-permasalahan yang rumit dan
memahaminya.
Kedua, hendaknya memiliki niat yang baik dalam mencari ilmu,
yaitu dengan bermaksud mendapatkan ridho Allah, mengamalkan ilmu,
menghidupkan syariah Islam, menerangi hati dan mengindahkannya dan
mendekatkan diri kepada Allah. Jangan sampai berniat hanya ingin
mendapatkan kepentingan duniawi seperti mendapatkan kepemimpinan,
pangkat, dan harta atau menyombongkan diri di hadapan orang atau bahkan
agar orang lain hormat.
Ketiga, hendaknya segera mempergunakan masa muda dan umurnya
untuk memperoleh ilmu, tanpa terpedaya oleh rayuan "menunda-nunda" dan
"berangan-angan panjang", sebab setiap detik yang terlewatkan dari umur
tidak akan tergantikan. Seorang santri hendaknya memutus sebisanya
urusan-urusan yang menyibukkan dan menghalang-halangi sempurnanya
belajar dan kuatnya kesungguhan dan keseriusan menghasilkan ilmu, karena
semua itu merupakan faktor-faktor penghalang mencari ilmu.
Keempat, menerima sandang pangan apa adanya sebab kesabaran
akan ke-serba kekurangan hidup, akan mendatangkan ilmu yang luas,
kefokusan hati dari angan-angan yang bermacam-macam dan hikmah hikmah
yang terpancar dari sumbernya.
Imam As-Syafi'i Ra berkata, tidak akan bahagia orang yang mencari
ilmu disertai tinggi hati dan kemewahan hidup. Tetapi yang berbahagia
adalah orang yang mencari ilmu disertai rendah hati, kesulitan hidup dan
khidmah pada ulama.
Kelima, pandai membagi waktu dan memanfaatkan sisa umur yang
paling berharga itu. Waktu yang paling baik untuk hafalan adalah waktu
sahur, untuk pendalaman pagi buta, untuk menulis tengah hari, dan untuk
belajar dan mengulangi pelajaran waktu malam. Sedangkan tempat yang
paling baik untuk menghafal adalah kamar dan tempat-tempat yang jauh
dari gangguan. Tidak baik melakukan hafalan di depan tanaman, tumbuhan,
sungai dan tempat yang ramai.
Keenam, makan dan minum sedikit. Kenyang hanya akan mencegah
ibadah dan bikin badan berat untuk belajar. Di antara manfaat makan
sedikit adalah badan sehat dan tercegah dari penyakit yang di akibatkan
oleh banyak makan dan minum, seperti ungkapan syair yang artinya:
"Sesungguhnya penyakit yang paling banyak engkau ketahui berasal dari makanan atau minuman."
Hati dikatakan sehat bila bersih dari kesewenang-wenangan dan
kesombongan. Dan tidak seorangpun dari para wali, imam dan ulama pilihan
memiliki sifat atau disifati atau dipuji dengan banyak makannya. Yang
dipuji banyak makannya adalah binatang yang tidak memiliki akal dan
hanya dipersiapkan untuk kerja.
Ketujuh, bersikap wara' (mejauhi perkara yang syubhat 'tidak
jelas ' halal haramnya) dan berhati-hati dalam segala hal. Memilih
barang yang halal seperti makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan
semua kebutuhan hidup supaya hatinya terang, dan mudah menerima cahaya
ilmu dan kemanfaatannya. Hendaknya seorang santri menggunakan
hukum-hukum keringanan (rukhsoh) pada tempatnya, yaitu ketika ada
kebutuhan dan sebab yang memperbolehkan. Sesungguhnya Allah senang bila
hukum rukhsohnya dilakukan, seperti senangnya Allah bila hukum
'azimahnya (hukum sebelum muncul ada sebab rukhsoh) dikerjakan.
Kedelapan, meminimalisir penggunaan makanan yang menjadi
penyebab bebalnya otak dan lemahnya panca indera seperti buah apel yang
asam, buncis dan cuka. Begitu juga dengan makanan yang dapat
memperbanyak dahak (balgham) yang memperlambat kinerja otak dan
memperberat tubuh seperti susu dan ikan yang berlebihan. Hendaknya
seorang santri menjauhi hal-hal yang menyebabkan lupa seperti makan
makanan sisa tikus, membaca tulisan di nisan kuburan, masuk di antara
dua unta yang beriringan dan membuang kutu hidup-hidup.
Kesembilan, meminimalisir tidur selama tidak berefek bahaya
pada kondisi tubuh dan kecerdasaan otak. Tidak menambah jam tidur dalam
sehari semalam lebih dari delapan jam. Boleh kurang dari itu, asalkan
kondisi tubuh cukup kuat. Tidak masalah mengistirahatkan tubuh, hati,
pikiran dan mata bila telah capek dan terasa lemah dengan pergi
bersenang-senang ke tempat-tempat rekreasi sekiranya dengan itu kondisi
diri dapat kembali (fresh).
Kesepuluh, meninggalkan pergaulan karena hal itu merupakan hal
terpenting yang seyogyanya di lakukan pencari ilmu, terutama pergaulan
dengan lain jenis dan ketika pergaulan lebih banyak-main-mainnya dan
tidak mendewasakan pikiran. Watak manusia itu seperti pencuri ulung
(meniru perilaku orang lain dengan cepat) dan efek pergaulan adalah
ketersia-siaan umur tanpa guna dan hilang agama bila bergaul dengan
orang yang bukan ahli agama. Jika seorang pelajar butuh orang lain yang
bisa dia temani, maka hendaknya dia jadi teman yang baik, kuat agamanya,
bertaqwa, wara ', bersih hatinya, banyak kebaikannya, baik harga
dirinya (muru'ah), dan tidak banyak bersengketa: bila teman tersebut
lupa dia ingatkan dan bila sudah sadar maka dia tolong.
(Diterjemahkan dari kitab "Adabul 'Alim wal Muta' allim" karya KH. M. Asy'ari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar