Niat Puasa
Marhaban yaa Ramadan!! Awal yang baik dengan sambutan gembira atas kedatangan bulan suci ini, selayaknya berkelanjutan pada pembekalan diri dengan ilmunya. Semoga kita dianugerahi kekuatan dalam meniti rangkaian ibadah di bulan Ramadan ini dengan benar, dan semoga kita benar-benar meraih buah itu, TAQWA! La’allakum tattaqûn… Amiin..Niat adalah ruh segala macam tindakan hamba. Terkait keabsahan puasa, dan juga shalat serta ibadah-ibadah lainnya, niat menjadi komponen mutlak.
* Tidak sah puasa tanpa niat.
Dasar :
(1) Hadis. Sabda Rasulullah
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ , وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى ﴿رواه البخاري ومسلم﴾
“Sesungguhnya (keabsahan) amal-amal,
hanyalah dengan niat. Dan, seseorang hanyalah mendapatkan sekadar apa
yang diniatknnya” (HR. Bukhari dan Muslim).
(2) Qiyas. Puasa adalah ibadah mahdlah (ritual), maka tidak sah tanpa niat, diqiyaskan pada shalat
* Niat puasa wajib dilakukan untuk tiap hari puasa. Sehingga jika
seseorang lupa tidak niat pada malam harinya, esok hari puasanya tidak
sah, tapi dia wajib untuk tetap imsak (tidak makan, minum dan melakukan
hal yang membatalkan puasa).
Dasar: Qiyas. Karena puasa untuk tiap harinya adalah ibadah
tersendiri, masuk waktunya dengan terbit fajar, keluar waktunya dengan
terbenam matahari. Sehingga puasa hari tertentu, tak bisa batal karena
batalnya puasa pada hari sebelumnya dan juga tidak bisa batal karena
batalnya puasa setelahnya. Sebagaimana juga shalat.
* Niat puasa Ramadan (dan juga jenis puasa wajib lainnya, seperti
puasa kaffarat dan puasa nadzar) wajib dilakukan pada malam hari. Tidak
sah puasa, jika niatnya dilakukan pada siang hari. Berdasarkan hadis
Hafshah radliyallâhu anha, Rasulullah shallallâhu alaihi wa sallam
bersabda :
مَنْ لَمْ يُبَيِّتْ الصِّيَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَلَا صِيَامَ لَهُ
Barangsiapa tidak menginapkan niat
puasa pada malam hari, maka puasanya tidak sah. (HR. Abu Dawud,
Turmudzi, Nasai, Baihaqi dan yang lain)
Menginapkan niat puasa maksudnya adalah melakukan niat pada malam
hari, yakni waktu di antara matahari terbenam hingga fajar menyingsing.
* Niat puasa (dan juga niat ibadah lainnya) letaknya adalah dalam
hati. Ini adalah ijma’ para ulama’. Sedangkan mengucapkannya dengan
lisan adalah sunnah. Karena hal ini membantu pengucapan niat oleh hati.
Sehingga, niat yang diucapkan dengan bahasa Arab, harus benar-benar
dipahami artinya oleh seseorang yang mengucapkannya, meski dengan
pemahaman yang global
* Niat harus jazim (mantap), tak boleh ada keraguan atau
penggantungan. Sehingga jika ada orang mengucapkan dalam hati “Saya akan
berpuasa jika besok telah masuk Ramadan”, maka niat semacam ini
tidaklah sah. Begitu pula, kemantapan niat harus berlanjut selama puasa.
Sehingga jika orang yang berpuasa, meniatkan untuk keluar dari puasa
saat siang hari, maka puasanya tidak sah.
* Niat puasa (sebagaimana juga niat dalam ibadah yang lain) wajib ada penentuan (ta’yin).
Jika jenis puasa yang akan dilakukannya adalah Ramadan, maka dia wajib
mengucapkan dalam hati “Aku berniat puasa Ramadan”, begitu pula jika
jenis puasanya puasa kafarat atau nadzar. Ini berdasarkan hadis
وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Dan, seseorang hanyalah mendapatkan sekadar apa yang diniatknnya”
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى
HAL PENTING* Dalam Syarh al-Yaqût al-Nafîs, bahwa sebagai tindakan antisipasi kelupaan seseorang untuk melakukan niat pada malam hari, dianjurkan untuk bertaqlid pada Imam Malik yang memperbolehkan niat berpuasa sebulan penuh, di malam pertama Ramadan. Jika dilafalkan, adalah sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ جَمِيْعِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ أَدَاءً فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
Taqabbalallâhu minnâ wa minkumSumber :
1. Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab
2. Syarh Al-Yaqut al-Nafis
3. Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar