BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ekosistem
mangrove merupakan salah satu sumberdaya pesisir yang terdapat di Indonesia.
Ekosistem
mangrove ini merupakan ekosistem yang memiliki keanekaragaman yang sangat
tinggi.
Kawasan ekosistem mangrove memiliki 3 fungsi utama yaitu (1). fungsi fisis
meliputi pencegah abrasi, perlindungan terhadap angin, pencegah instrusi garam
dan penghasil energy serta hara,
(2). fungsi biologis meliputi sebagai daerah tempat bertelur dan sebagai asuhan
biota, tempat bersarang burung dan
habitat alami biota lainnya, (3). fungsi ekonomis meliputi sebagai
sumber
bahan bakar kayu dan arang, perikanan, pertanian, makanan, minuman, bahan baku
kertas,
keperluan rumah tangga, tekstil, serat sintesis, penyamakan kulit dan
obat-obatan (Kordi, 2012 dalam
Qodrina, 2012).
Desa Bulakbaru, Jawa Tengah terdapat htuan mangrove yang mempunyai luas 14,56 ha dengan panjang
garis pantai 2,36 km2. Dengan jumlah penduduk 1.031 jiwa (336 KK). Jenis mangrove yang dominan yaitu Sonneratia Alba,
Rhizopora mucanota, Avicennia lanata, Rhizopora stylosa, dengan kondisi
mangrove yang baik. Masyarakat sekitar memanfaatkan mangrove secara langsung
maupun0 tidak langsung. Pemanfaatan langsung seperti kayu bakar, udang karang,
dan kepiting bakau. Sedangkan pemanfaatan tidak langsung berdasarkan fungsi
fisiknya sebagai penahan abrasi, penahan instrusi, dan berdasarkan fungsi
biologisnya.
Pentingnya dilakukan perhitungan nilai ekonomi kawasan mangrove
bertujuan untuk memberikan gambaran
nilai ekonomi total yang dikandung oleh ekosistem mangrove. Nilai ini selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam
aktifitas pemanfaatan yang akan dilakukan di kawasan mangrove tersebut. Berdasarkan hal tersebut di atas,
diperlukan adanya penelitian mengenai potensi ekonomi
ekosistem mangrove sehingga dapat diketahui nilai ekonomi total sumberdaya yang selanjutnya dapat menunjukkan
tingkat optimalisasi pemanfaatan yang telah
dilakukan serta memberikan gambaran pola pengelolaan yang mendukung keberadaan dan aktifitas pemanfaatan tersebut. Dengan
diketahuinya nilai ekonomi total dari ekosistem mangrove ini, diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan dalam
aktifitas pemanfaatan dan pengelolaan kawasan
mangrove. Dengan demikian, terjadinya pemanfaatan mangrove tidak memberikan dampak buruk dan degradasi mangrove
di masa mendatang (Qodrina, 2012)
1.2
Tujuan
·
Mengidentifikasi fungsi dan
manfaat ekosistem hutan mangrove
di Desa Bulakbaru, Jawa
Tengah.
·
Menganalisis nilai manfaat dan fungsi
ekosistem hutan mangrove di Desa Bulakbaru yang meliputi nilai kegunaan (use value) dan bukaan kegunaan (non use value) atau TEV (Total Economic Value).
BAB 2
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1
Nilai Manfaat Langsung
Nilai manfaatan langsung meliputi seluruh manfaat dari
sumberdaya yang dapat diperkirakan langsung dari konsumsi dan produksi dimana
harga ditentukan oleh mekanisme pasar. Nilai manfaat ini dibayar oleh orang
secara langsung menggunakan sumberdaya dan mendapatkan manfaat darinya
(Adrianto et al, 2007).
Nilai manfaat langsung yang dapat
dihitung di Desa Bulakbaru antara lain; nilai kayu, nilai udang, nilai kepiting
bakau, dan nilai kerang. Perhitungan nilai manfaat langsung ini dapat
menggunakan rumus :
= ( Vha x H ) – B
Keterangan :
- Vha : Jumlah Produksi/tahun
- H : Harga
- B : Biaya Operasional
Hasil
Perhitungan:
- Nilai Kayu
Diketahui : - Jumlah pencari : 7KK
- Jumlah produksi
: 225 ikat/thn/org
- Harga kayu :
Rp. 10.000,-/ikat
- Biaya
operasional : -
Jawab :
= ( Vha
x H ) – B
= ( 225
x 10.000 ) – 0
= Rp 2.250.000/thn/org
v Jadi, total nilai kayu yang diperoleh oleh 7KK sebesar
Rp.15.750.000,-/tahun.
- Nilai Udang
Diketehui : - Jumlah pencari : 55 orang
- Jumlah produksi
: 20kg/minggu/org = 960kg/thn/org
- Harga udang :
Rp. 25.000,-/kg
- Biaya
operasional : Rp.3.360.000,-/thn/orang
Jawab :
=( Vha x
H ) – B
= (960 x
25.000 ) – 3.360.000
=
24.000.000 – 3.360.000
= Rp
20.640.000/thn/org
v Jadi, total nilai udang yang diperoleh oleh 55 orang
sebesar Rp.1.135.000.000,-/tahun.
- Nilai Kepiting Bakau
Diketahui : - Jumlah pencari : 17 orang
- Jumlah produksi
: 4,5kg/minggu/org = 216 kg/thn/org
- Harga kepiting
bakau : Rp. 35.000,-/kg
- Biaya
operasional : Rp. 216.000,-/thn/org
Jawab :
= ( Vha
x H ) – B
= ( 216
x 35.000 ) – 216.000
=
7.560.000 – 216.000
= Rp 7.344.000/thn/org
v Jadi, total nilai kepiting bakau yang diperoleh oleh 17
sebesar Rp.124.848.000,-/tahun.
- Nilai Kerang
Diketahui : - Jumlah pencari : 20 orang
- Jumlah produksi
: 5kg/minggu/org = 240kg/thn/org
- Harga kerang :
Rp. 30.000,-/kg
- Biaya
operasional : Rp. 250.000,-/thn/org
Jawab :
= ( Vha
x H ) – B
= ( 240
x 30.000 ) – 250.000
=
7.200.000 – 250.000
= Rp
6.950.000/thn/org
v Jadi, total nilai kerang yang diperoleh oleh 20 sebesar
Rp.139.000.000,-/tahun.
2.2
Nilai Manfaat Tidak
Langsung
Nilai manfaat tidak
langsung terdiri dari manfaat - manfaat fungsional dari proses ekologi yang
secara terus menerus memberikan kontribusi kepada masyarakat dan ekosistem.
Sebagai contoh hutan mangrove yang terus menerus memberikan perlindungan kepada
pantai, serta peranannya dalam mempertahankan keberlanjutan sumberdaya
perikanan terkait dengan fungsinya sebagai spawning ground, nursery ground dan
feeding ground (Fauzi et al, 2005).
Pemanfaatan tidak
langsung di Desa Bulakbaru dapat dibagi menjadi dua, yaitu fungsi fisik dan
fungsi biologis. Contoh fungsi fisik adalah abrasi dan intrusi. Perhitungan
manfaat tidak langsung adalah sebagai berikut:
- Penahan Abrasi
Diketahui :
- Biaya total
pemecah gelombang (80x80x8 cm): Rp.350.000.000,-
- dt : 10 tahun
Jawab :
= BPLD:Dt
= 350.000.000:10
= 35.000.000 /tahun
Keterangan : - BPLD : Biaya total
pemecah gelombang
-
dt : Daya tahan
- Penahan Intrusi
Diketahui : - Jumlah KK : 336 KK
-
Jumlah kebutuhan air : 1 galon/hari
-
Harga air : Rp. 8.500,-/galon
Jawab :
= JKK x JKbtA x Ha
x Hr
= 336 x 1x 8.500 x
365
= Rp. 1.042.440.000/tahun
Keterangan: - JKK : Jumlah KK
-
JkbtA : Jumlah kebutuhan air
-
Ha : Harga air
-
Hr : Jumlah hari dalam satu tahun
- Fungsi Biologis
Diketahui : - Luas : 14,46 ha
- Jumlah produksi :
1.315kg/ha
- Harga ikan : Rp.
9.000,-/kg
- Biaya Operasional
: Rp. 12.000.000,-/thn/org
Jawab :
= ( Luas x
∑produksi x H ) - B
= ( 14,56 x 1.315 x
9.000 ) – 12.000.000
= 172.317.600 –
12.000.000
= 160.317.600/tahun
2.3
Nilai Pilihan
Nilai ekonomi yang
diperolah dari potensi pemanfaatan langsung maupun tidak langsung dari
sumberdaya/ ekosistem dimasa akan datang. Nilai manfaat pilihan (option value)
diperoleh dengan menggunakan metode benefit transfer, mengacu pada nilai
keanekaragaman hayati hutan mangrove Indonesia, yaitu US$ 1,500 per km2 per
tahun (Ruittenbeek 1992).
Nilai
pilihan merupakan nilai keanekaragaman hayati yang ada di hutan mangrove. Nilai
pilihan dapat dihitung dengan rumus :
= ( L x US $1.500
) x 12.000
Keterangan:
- L : Luas hutan mangrove
US$1.500
: Ketentuan (/km2/th)
-
12.000 : Nilai tukar rupiah
Diketahui : - L : 14,56 Ha = 0,1456 km2
Jawab :
= ( L x US $1.500 ) x 12.000
= ( 0,1456 x US$1.500)x 12.000
= 218,4 x 12.000
= Rp. 2.620.000,-/tahun
2.4
Rekapitulasi
Rekapitulasi nilai manfaat
langsung, manfaat tidak langsung, dan nilai pilihan. Menurut Suzana et al (2011), nilai manfaat
total dari hutan mangrove merupakan penjumlahan seluruh nilai ekonomi dari manfaat
hutan mangrove yang telah
diidentifikasi dan dikuantifikasikan. Nilai manfaat total
tersebut menggunakan persamaan:
TEV = DV + IV + OV + EV . . . . .
. . . . .
TEV = Total economic value
DV = Nilai manfaat langsung
IV = Nilai manfaat tidak langsung
OV = Nilai manfaat pilihan
EV = Nilai manfaat keberadaan
TEV
=
Nilai Udang + Nilai Kerang + Nilai Kepiting + Nilai Fungsi Fisik +
Nilai Fungsi
Instrusi + Nilai Fungsi Biologi + Nilai Pilihan
= Rp.1.135.000.000 + Rp.139.000.000 + Rp.124.848.000 +
Rp. 35.000.000 + Rp.1.042.440.000 + Rp.160.317.600 + Rp. 2.620.000
= Rp. 2.639.225.600 / th
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
Pemanfaatan
secara langsung Masyarakat Bulakbaru adalah menangkap Udang, Kerang dan
Kepiting Bakau.
·
Pemanfaatan
secara tidak langsung Masyarakat Bulakbaru berdasarkan fungsi fisiknya sebagai
penahan abrasi, penahan instrusi dan berdasarkan fungsi biologisnya
Dari hasil Praktikum
diperoleh nilai ekonomi total hutan
mangrove (TEV) di Desa Bulakbaru,
Jawa tengah sebesar Rp. 2.639.225.600 / th
yang
dihitung dari manfaat
langsung (Rp 1.398.848.000,- per
tahun), manfaat tidak
langsung (Rp 1.237.757.600 per tahun) dan manfaat pilihan (Rp. 2.620.000 per tahun).
3.2 Saran
Dengan
memperhatikan
nilai ekonomi total yang diperoleh
dari ekosistem hutan mangrove di Desa Bulakbaru, Jawa tengah ternyata hutan mangrove
mempunyai manfaat dan fungsi yang penting sebagai semberdaya
ekonomi maupun sumberdaya
ekologi bagi kehidupan masyarakat
yang berada disekitarnya. Oleh karena itu keberadaan (kondisi fisik) ekosistem
hutan mangrove harus tetap dipelihara sebagai aset pembangunan, baik itu oleh
masyarakat se- tempat maupun
pihak lain seperti pemerintah,
swasta, peneliti dan LSM, sehingga kegiatan pem-
bangunan dapat berjalan dengan baik dan ketersediaan sumberdaya hutan mangrove
tetap terjamin.